
MANOKWARI, JAGATPAPUA.com – Kapolda Papua Barat, Irjen Pol. Dr. Tornagogo Sihombing, S.IK.M.Si didampingi Kapolres Sorong Kota, AKBP. Ary Nyoto Setiawan, S.IK.M.H dan Bhabhinkamtibmas Kelurahan Klawasi Distrik Sorong Barat, memaparkan karya membangun Pendidikan Informal untuk anak-anak Kokoda di Kota Sorong, kepada 11 Panel Independen.
Yakni Prof. Dr. JB. Kristiadi, Prof. Dr. Siti Zuhro, Prof. Dr Eko Prasojo, Dadan S Suharmawijaya, Sri Haruti Indah Sukmawati, Haris Turino, Erri R. Harjapameko, Neneg Goenadi, Tulus Abadi, Rudiarto Sumarwono dan Nurjaman Mochtar.
Kegiatan bertajuk Wawancara Finalis 99 Top Sinovic atau Sistim Informasi Inovasi Pelayanan Publik yang digelar Kemenpan-RB Tahun 2021, berlangsung secara virtual di Aston Niu Hotel Manokwari, Jumat (9/7/2021).
Kapolda mengatakan, Inovasi Rumbai Koteka, yaitu program yang berlokasi di Kelurahan Klawasi, Distrik Sorong Barat dengan mayoritas masyarakat dari Suku Kokoda, dijalankan oleh Bhabinkamtibmas Klawasi Bripka Sandry Yusuf Rante Datu.
“Bhabinkamtibmas Klawasi mempelopori program inovasi Rumbai Koteka sebagai solusi dalam menghadapi setiap permasalahan,” ujar Kapolda.
Kapolda juga mengatakan program Rumbai Koteka sejauh ini berdampak pada tersedianya rumah belajar bagi anak-anak usia sekolah di Kelurahan Klawasi, serta Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan calistung bagi anak-anak yang tidak mampu, buta aksara, serta putus sekolah.
“Melalui kegiatan bernyanyi, menari, olahraga dan bahasa daerah sebagai alat komunikasi untuk mengetahui karakter anak,” tukas Kapolda.
Berdasarkan data, diketahui banyak anak-anak tidak mampu, putus sekolah, dan buta aksara yang terlibat beberapa jenis tindak pidana yang berdampak pada terciptanya konflik sosial.
“Setelah program Inovasi Rumbai Koteka berjalan, pengendalian sosial pada perilaku kekerasan berhasil dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari turunnya angka kriminalitas yang dilakukan oleh anak pada tahun 2017 terjadi 40 kasus dan pada tahun tahun 2020 mengalami penurunan yaitu 10 kasus,” Jelas Kapolda.
Dikatakan bahwa, implementasi program tersebut sebelumnya melalui pendekatan dengan berbagai tokoh berdasarkan kearifan lokal yang hidup di masyarakat Kokoda.
“Dalam hal ini, inovator melakukan pendataan jumlah anak Kokoda yang putus sekolah, tidak mampu dan buta aksara. Lalu membangun komunikasi dengan pemerintah setempat, sebagai upaya strategis untuk membuat Rumah belajar Parmanen dan Non Parmanen,” sebut Kapolda.
Program ini dibantu oleh Yayasan Kesehatan Masyarakat dan Sekolah Mustjahidin untuk program kelas jauh. Adapun buku bacaan diperoleh dari para relawan Pustaka Bergerak Indonesia.
“Saat ini rumah belajar telah berkembang dan berada pada tiga lokasi di Kelurahan Klawasi Distrik Sorong Barat dengan jumlah murid sebanyak 120 orang,” ujarnya.
Kapolda berharap, kedepan untuk keberlanjutan Program inovasi Rumbai Koteka, diperlukan sejumlah program lain yakni, kerja sama antara Polri dan Sekolah Mjustjahidin.
“Adanya komitmen dan dukungan pimpinan, melanjutkan kolaborasi antara para penggiat dan komunitas literasi, berkolaborasi dengan menggandeng Dinas Pendidikan untuk mendukung keberlanjutan rumah belajar, menambah jumlah tenaga pengajar, melakukan penambahan program pelatihan” ujarnya.
Meski demikian, kata Kapolda Papua Barat bahwa di masa pandemi Covid-19, kegiatan pembelajaran tetap berjalan dengan menggunakan metode tatap muka dan memperhatikan Protokol kesehatan.
“Bhabinkamtibmas selaku inisiator mengurangi jam belajar yang awalnya 2 jam dikurangi satu jam pada Sore,” tandas Kapolda.
Bripka Sandry Yusuf Rante Datu selaku Bhabikamtibmas mengatakan, program yang digagas sejak Tahun 2017 tersebut mendapatkan berbagai kendala, salah satunya adalah perpindahan Orang Tua dari satu tempat ke tempat lain atau Saat orang tua hendak ke kebun kerap diikuti oleh anak-anak.
“Ini yang jadi kendalah selama ini sehingga kami sulit memantau perkembangan anak-anak,” ucap Yusuf, yang pernah menerima Penghargaan Pin Emas dari Mantan Kapolri, Jendral Polisi Idham Azis.
Selama ini kata Yusuf, anak-anak usia 6 sampai 10 tahun yang ikut didik di rumah baca Rumbai Koteka ketika sudah mengenal huruf, tulis baca dan hitung akan direkomendasikan sekolah lanjutan formal di SD Musjahidin.
“Jadi SD Musjahidin inilah yang menampung Anak-anak setelah di evaluasi,” tutupnya.(jp/rls)