MANSEL,JAGATPAPUA.com–Sejumlah sopir trayek Ransiki Manokwari mengeluhkan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi di wilayah Manokwari Selatan (Mansel).
Ketua jalur Ransiki-Manokwari Ferry Mandacan menerangkan, kelangkaan BBM tersebut sangat merugikan semua sopir yang setiap harinya beroperasi.
“Kasihan juga para penumpang yang sudah duduk dalam mobil, karena mereka juga harus ikut antri. Kami berharap, agar setiap angkutan yang sudah ada penumpang, bisa didahulukan,” tuturnya.
Ferry juga mempertanyakan cepatnya SPBU Oransbari mengalami kehabisan BBM.
“Karena dari SPBU mulai melayani, dalam kurun waktu tiga sampai empat jam saja BBM sudah habis, sementara mobil yang antri tidak banyak. Ini juga kami pertanyakan,” ujarnya.
Ferry juga menyayangkan adanya dugaan penyalahgunaan BBM dari oknum yang tidak bertanggungjawab.
“Karena selama ini yang tap-tap bensin ini bukan hanya dari Mansel, tapi juga dari Manokwari, SP bahkan ada dari Bintuni,” ungkapnya.
“Kemudian ada juga dari Dinas Perikanan yang keluarkan surat buat para nelayan yang kemudian disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Karena mereka foto copy surat itu banyak-banyak. Masa satu nelayan dia bisa ambil sampai sepuluh sampai lima belas jerigen setiap hari. Jadi harapannya agar dari Dinas Perikanan bisa mengontrol dan lakukan evaluasi kembali,” sambungnya.
Selain itu kata Ferry, Pemda Mansel juga harus mengontrol harga BBM yang dijual eceran.
“Karena harga yang dulunya sepuluh ribu, sekarang sudah Rp15 ribu. Padahal harga di SPBU, sekitar Rp7000an. Karena kalau harganya Rp15 ribu, orang-orang berlomba-lomba untuk ambil mau jual bensin eceran. Jadi harapan kami Pemda Mansel harus ambil tindakan tegas,” pungkasnya.(jp/dhy)