10.2 C
Munich
Jumat, Oktober 18, 2024

Rapat Koorwil TPID Se-Sulampua, Wagub Sebut Devisit Daging Ayam dan Telur Ayam Perlu Dikerjasamakan

Must read

MANOKWARI, JAGATPAPUA.com – Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) wilayah Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua) dilakukan melalui vidio converece, Kamis (25/6/2020).

Rakoorwil tersebut dimonitor oleh TPID Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Gorontalo, Papua, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara.

Untuk Kondisi perkembangan perekonomian Provinsi Papua Barat, di paparkan langsung oleh Wakil Gubernur Papua Barat, Mohamad Lakotani SH, M.Si.

Dalam paparannya, Wagub, menyatakan inflasi Provinsi Papua Barat, hingga Mei 2020 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,01 persen. Kondisi tersebut, berbeda dibanding bulan April 2020.

Selain itu, juga terdapat perbedaan realisasi secara spasial di dua kabupaten, yakni Manokwari dan Sorong. Untuk Manokwari tercatat inflasi tertinggi sebesar 0,15 persen, sedangkan di Kabupaten Sorong deflasi sebesar 0,06 persen.

“Secara tahunan inflasi Papua Barat, tercatat 1,24 persen berada dibawa deflasi nasional,” ucap Wagub.

Wagub juga mengatakan, terdapat 5 komoditas yang memiliki andil dalam menyumbang inflasi dan deflasi per bulan Mei 2020. Komoditas penyumbang inflasi yaitu bawang merah, emas perhiasan, ikan segar, telur ayam, dan gula pasir.

Sementara 5 komoditas yang menyumbang deflasi terbesar terdiri dari ikan kembung, tomat, cabe rawit, kangkung dan ikan Mumar. Sedangkan 5 komoditas penyumbang inflasi dan deflasi tahunan yaitu ikan cakalang/ikan sisik, bawang merah, perhiasan, nasi dan lauk, biaya jaringan seluler serta televisi berlangganan.

Sementara komoditas penyumbang deflasi tahunan tertinggi yaitu transportasi udara yang harganya mengalami fluktuaktif diperiode tahun 2019, cabe rawit, ikan kembung, ikan teri, dan bawang putih.

Dari kondisi ini atau berdasarkan realisasi inflasi dan hasil kajian serta eksistensi inflasi mendapatkan komoditas yang dapat dijadikan sebagai komoditas paling berpotensi untuk dikerjasamakan dalam kerja sama antar daerah, yaitu komoditas daging ayam, telur ayam, ikan segar, cabe rawit, cabe merah, bawang merah, bawang putih dan beras.

“Tentunya komoditas ini sebagian surplus di Papua Barat, tetapi sebagian besarnya devisit sehingga dibutuhkan kerja sama antar daerah untuk dapat didatangkan dari daerah kawasan Sulampua,” ujarnya.

Secara terinci disampaikan misalnya untuk daging ayam, Papua Barat mengalami devisit atau kekurangan stok sebanyak 5.103 ton atau sebesar 18 persen dari kebutuhan.

“Ini peluang untuk kita kerjasamakan antar daerah di Papua Barat juga Se-Sulampua. Telur ayam juga mengalami devisit sebesar 5.783 ton atau 17 persen. Ikan segar juga demikian, surplus dan selama ini mengalami over stok. Sementara cabe rawit adalah komoditas yang tersedia dan cukup atau over stok dan bawang merah dan putih kami mengalami devisit pasokan,” jelas Wagub.

Dengan demikian pemerintah mengambil langkah dalam pengendalian inflasi di daerah dengan tetap mengacu pada pedoman 4 K sebagai pedoman umum yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, komunikasi antar tim serta kelancaran distribusi.

“Langkah kongkrit yang telah diambil ditengah Pandemi Covid-19, yaitu pemda dan BI melakukan sosialisasi dan iklan layanan masyarakat, operasi pasar murah, pembinaan terhadap calster, baik claster cabe rawit, pembelian bawang merah dan putih secara mandiri,” tandas Wagub.(me)

- Advertisement -spot_img

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest article

Hati-hati salin tanpa izin kena UU no.28 Tentang Hak Cipta