MANOKWARI,JAGATPAPUA.com– Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Papua Barat memastikan satu buku mengenai Palem di Niugini telah terbit di Inggris.
Buku berbahasa Inggris itu diterbitkan pada 13 Februari 2024 lalu oleh Royal Botanic Gardens Kew di London, Inggris.
Kepala Sub Bidang Diseminasi dan Publikasi BRIDA Papua Barat, Ezrom Batorinding, Rabu (4/3/2024) menuliskan buku berjudul Palms of New Guinea itu merupakan paduan pengenalan.
Pengenalan yang dimaksud berkaitan dengan suku Palem-paleman atau Pinang-pinangan. Paduan itu memuat 250 spesies palem termasuk 91 diantaranya baru untuk ilmu pengetahuan.
Ezrom Batorinding menjelaskan buku Palms of New Guinea merupakan yang pertama yang mendokumentasikan kekayaan salah satu spesies tumbuhan penting dan dituliskan secara komprehensif.
“Menjadi karya monumental bukan saja berkontribusi bagi ilmu pengetahuan tapi juga secara praktis dapat digunakan oleh pihak yang memerlukan,” tulisnya.
Adapun Palms of New Guinea ditulis sembilan orang, termasuk satu diantaranya yakni Prof Charlie Heatubun yang juga Kepala BRIDA Papua Barat. Prof Charlie Heatubun juga merupakan Guru Besar Botani pada Fakultas Kehutanan Universitas Papua.
Ezrom Batorinding memastikan, buku Palms of New Guinea berisi lebih dari 726 halaman disertai 650 foto berwarna. Masing-masing spesies palem juga diilustrasikan oleh seniman botani terkenal yakni Lucy T Smith.
Buku ini juga dinyatakan dilengkapi dengan peta distribusi, informasi habitat, status konservasi, nama ilmiah, nama lokal dan kegunaan dari masing-masing 250 spesies palem yang diakui dan valid secara ilmiah.
Ezrom Batorinding memastikan struktur buku dibuat seringkas mungkin dengan memaksimalkan tampilan informasi yang penting yang memang perlu ditampilkan.
Dijelaskan Ezrom, riset dan rencana penerbitan buku Palem Niugini dimulai sejak pertemuan di Kebun Raya Kew di London pada 1998 silam.
Ide kolaborasi riset itu dilakukan untuk menjawab kegelisahan akan informasi standar yang terbarukan sebagai referensi acuan mengenai keanekaragaman suku palem-paleman yang ada di pulau Papua dan sekitarnya.
Hal itu berlanjut setelah dibentuknya tim periset internasional yang beranggotakan beberapa orang ahli palem dari berbagai negara seperti Amerika, Denmark, Australia, Indonesia, Papua New Guinea dan dikoordinir oleh Kebun Raya Kew di London.
Program kolaborasi riset itu disebut secara berkelanjutan menitikberatkan pada peningkatan kapasitas terutama di Pulau Niugini (Indonesia dan Papua New Guinea) sebagai tuan rumah melalui bertukar pengetahuan dan pengalaman, penggalangan dana bersama, ekspedisi atau eksplorasi lapangan, pelatihan dan pendidikan lanjutan, publikasi ilmiah dan peningkatan fasilitas dan infrastruktur koreksi ilmiah.
Dari 91 palem baru bagi ilmu pengetahuan, ada tiga jenis pinang baru yang penamaan nama spesiesnya unik karena penghargaan kepada tokoh dan institusi.
Pertama, ada pinang Jokowi (Areca jokowi) yang merupakan nama Presiden ke-7 Indonesia. Penamaan Jokowi di spesies itu disebutnya karena Joko Widodo telah membawa kemajuan dan pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua.
Kedua, ada pinang Mandacan (Areca mandacanil) yang merupakan nama Kepala Suku Besar Arfak sekaligus mantan Bupati Manokwari dan Gubernur Papua Barat Periode 2017-2022.
Ketiga, ada Pinang UNIPA (Areca unipa) yang diambil dari singkatan Universitas Papua di Manokwari yang mana merupakan institusi tuan rumah dalam mendukung dan menjalankan program riset Palem Niugini sejak awal.(jp/rls)