DPR RIHeadlineKab Teluk WondamaPapua BaratPemprov PBProvinsi Papua Barat

Satu Abad Nubuatan Izaak Samuel Kijne, Obeth Ayok Ingatkan Peran GKI Sebagai Rumah Besar Bangsa Papua

Sekalipiun orang datang dengan kepandaian dan Hikmat ke tanah papua tapi mereka tidak bisa mengubah bangsa ini, kecuali bangsa ini bangkit dan membangun negerinya sendiri.

MANOKWARI,JAGATPAPUA.com—Tokoh Reformasi Suku Besar Arfak, Obet Arik Ayok mengingatkan peran GKI sebagai Rumah Besar bangsa Papua menjelang satu Abad Nubuatan Misionaris Izaak Samuel Kijne.

Obet Ayok mengatakan Nubuatan sang Penginjil Izaak Samuel Kijne saat ini sudah mulai mendekati kebenarannya. Artinya semua nubuatan yang disampaikan Izaak Samuel Kijne 100 tahun lalu diatas batu peradaban Aitumeri Kabupaten Teluk Wondama sudah terbukti.

”Saya kutib Salah satu Nubuatan Izaak Samuel Kijne bahwa ‘sekalipiun orang datang dengan kepandaian dan Hikmat ke tanah papua tapi mereka tidak bisa mengubah bangsa ini kecuali bangsa ini bangkit dan membangun negerinya sendiri. Sang penginjil ini kemudian meninggalkan tanah Papua dengan air mata, “ungkap Obet Ayok

Nubuatan itu mulai kita rasakan dan nyata terjadi selama ini, semua kepentingan akan masuk ke Tanah papua dan kebenaran dan keadilan akan diputar balikan.

“Yang benar akan menjadi salah dan salah akan menjadi benar. Dan orang-orang datang bekerja di tanah papua dengan alasan membangun tanah dan orang Papua tapi sebenarnya bukan itu tujuan utama mereka, tapi ada tujuan lain mereka. Semua ini mulai kita rasakan sekarang, artinya Nubuatan Izaak Samuel Kijne itu digenapi,”ungkapnya

Untuk itu peran semua pihak baik itu GKI, Agama, Pemerintah, Organisasi Masyarakat (Ormas) harus lebih kritis terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di atas Tanah Papua termasuk pelanggaran HAM yang selama ini dilakukan oleh aparat kepada masyarakat Sipil di atas Tanah Papua.

Juga ketertinggalan dari berbagai aspek pembangunan termasuk Sumber Daya Manusia (SDM) Papua.

”Saya melihat bahwa berbagai persoalan yang terjadi diatas Tanah ini karena kepentingan elit-elit tertentu. Bukan karena kehendak Tuhan , sebab Nubuatan Izaak Samuel Kijne sudah jelas. bahwa biarkan orang Papua membangun negerinya sendiri,”tandas obet Ayok

Dalam hal ini, Peran aktif GKI sangat penting, yang harus dipikirkan adalah setelah 100 tahun ini dan yang akan datang bagaimana dengan nasib bangsa papua?. Bangsa papua mudah diatur oleh siapa saja, karena kita belum dewasa didalam menata diri sendiri sebagai satu bangsa.

“Para antropolog mengatakan bahwa papua bukan sekelompok orang tapi satu bangsa sama dengan bangsa indonesia. Orang Papua ini sangat gampang diatur dengan semua kepentingan yang ada baik melalui gereja, agama, pemerintahan dan organisasi-organisasi didalam tubuh orang papua itu sendiri, maka sudah saatnya kita harus berbenah,”bebernya

Dengan demikian apa yang menjadi harapan orang papua 100 tahun kedepan bisa terwujud, jika tidak maka hanya di penuhi dengan kekhawatiran dan ketertinggalan di tengah-tengah Sumber daya Alamnya yang melimpah.

“Maka itu saya mau tegaskan bahwa sudah saatnya kita harus kritisi hal-hal yang tidak berdampak bagi SDM orang Papua dan pembangunan papua seutuhnya. Entah itu lewat kebijakan atau program pemerintah kita harus lebih dewasa dan kritis, tidak harus ikut-ikut saja sementara kebijakan itu tidak berdampak terhadap kesejahteraan orang Papua itu sendiri” ketusnya.

GKI tidak pantas bersuara hanya ketika calon Gubernur yang diusung kalah dalam Pilkada Papua 2025, wibawa GKI sebagai tiang utama untuk OAP harus dijaga, tetap berdiri tegak, menyuarakan kepentingan orang papua dengan lantang bukan hanya ketika ada persoalan politik.

“Ingat, Kasus pelanggaran HAM bagi Orang papua yang terjadi sejak 1965 hingga 2025 sudah berapa banyak orang papua yang dibunuh? Nah disini peran GKI, Gereja harus bicara, jangan hanya sebatas menyampaikan Firman Tuhan di mimbar-mimbar pada saat ibadah raya Setiap Minggu, tapi bungkam ketika terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM bagi Orang Papua,”tegasnya

Jika papua adalah bagian dari NKRI maka perlakukanlah orang Papua sama seperiti Negara memperlakukan saudara-saudara Nusantara yang lain.

“Belanda itu penjajah tapi tidak pernah membunuh orang papua, berbeda dengan Indonesia, yang adalah Negara kami tapi banyak orang papua yang mati karena ulah-ulah oknum aparat tidak bertanggung Jawab,” kata Obet.

”Gereja, agama, adat dan pemerintah harus melihat kedepan, apakah 100 tahun kedepan orang papua masih ada? Ataukah akan hilang identitasnya? Nah disinilah peran gereja dan pemerintah yang dipercayakan masyarakat untuk memimpin tanah Papua,”tutupnya.(jp/ask)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Hati-hati salin tanpa izin kena UU no.28 Tentang Hak Cipta