Pendapatan Sektor Pariwisata Kampung Kwau Capai Rp1,3 Miliar Di Dua Tahun Terakhir

MANOKWARI,JAGATPAPUA.com– Pendapatan sektor Pariwisata Desa Wisata Kwau, Distrik Mokwam, Kabupaten Manokwari, mencapai 1,3 Miliar sejak dua tahun terakhir. Hal ini menunjukan adanya peningkatan.
Hingga September 2025 telah menerima 171 Wisatawan dengan pendapatan sebesar Rp760 juta. Pemandu Wisata Kampung Kwau, Hans Mandacan mengatakan, meski demikian namun mereka masih membutuhkan perhatian pemerintah daerah.
Dia pun membeberkan, jumlah wisatawan masuk per Januari hingga Desember dalam lima tahun berjalan yaitu:
Pada tahun 2019, terdapat 30 wisatawan dengan total pendapatan sebesar Rp245.000.000 juta, pada tahun 2020-2021 terhambat pandemi covid-19.
Selanjutnya pada tahun 2022, terdapat wisatawan dengan total pendapatan Rp300 juta. Pada tahun 2023 menerima kedatangan 150 wisatawan dengan total pendapatan sebesar Rp1,065 miliar, tahun 2024 menerima 219 wisatawan dengan total pendapatan Rp1,338 miliar dan tahun 2025 per Januari-September sudah menerima 173 Wisatawan dengan pendapatan Rp760. 000.000.
Uang masuk ke BUMKam untuk retribusi dan penginapan dikelola dikelola secara adil dengan sistem pembagian 10 persen untuk Gereja, 40 persen untuk lansia, 20 persen untuk pendidikan anak-anak Kwau, dan 25 persen untuk renovasi fasilitas wisata serta 5 persen untuk operasional.
Potensi wisata di kampung Kwau terdiri dari flora dan fauna, burung endemik lain, kupu-kupu, Kuskus, Pisang Raksasa, Anggrek, Kopi, Buah Merah, Akuway serta Hutan Primer
Sementara untuk potensi Alam dan landscape berupa air terjun, pemandangan pegunungan, keanekaragaman hayati, Budaya dan tradisi rumah kaki seribu, tarian tumbuk tanah, kuliner lokal berupa bambu, kulit kayu, batu dan kerajinan tangan seperti noken dan souvenir khas arfak.
Masyarakat Kampung Kwau telah menjaga alam dan budaya dengan baik bahkan selalu siap mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan, namun masih memerlukan dukungan pemerintah daerah provinsi dan mitra dalam hal peningkatan infrastruktur jalan, listrik, internet dan fasilitas homestay.
“Hans Mandacan (saat itu) menceritakan, promosi yang dilakukan secara intensif dengan menonjolkan burung-burung endemik dan keanekaragaman hayati hutan Kwau. Katja Zimmermann juga berperan penting sebagai penghubung informasi di kalangan wisatawan mancanegara,”ujarnya
Hasilnya, pada tahun 2012, Kwau mulai dikenal luas dan dikunjungi baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain alam dan satwa liar Kwau juga memperkenalkan kearifan lokal termasuk pemanfaatan tanaman obat tradisional.
Saat itu, Samuel mandacan bersama warga menjelaskan salah satu obat tradisional yang dimaksudkan yaitu tanaman Ntam, yang bunganya digunakan untuk mengobati penyakit kulit, sedangkan daunnya bermanfaat sebagai obat malaria dan penurun demam. ini diwariskan turun-temurun dan masih dipraktekkan hingga saat ini.
Dengan modal ketekunan masyarakat, promosi internasional, serta kekayaan alam dan budaya, Kwau tumbuh menjadi desa wisata yang dikenal tidak hanya karena keindahan burung endemiknya tetapi juga karena tradisi kearifan lokal dan semangat masyarakatnya dalam menjaga alam.(jp/ctr)