Kab ManokwariPapua BaratPendidikan & Kesehatan

Upaya Eliminasi Malaria di Indonesia 2027

MANOKWARI, JAGATPAPUA.com- Dalam rangka memperingati Hari Malaria Sedunia 25 April 2019, Tenaga Dokter Rumah Sakit dan Puskesmas Se-Provinsi Papua Barat, mengadakan kegiatan Simposium TataLaksana Kasus Malaria, dengan tema, ‘Bebas Malaria Mulai Dari Diri Kita’, di Swisbell Hotel Manokwari, Rabu (24/4/2019).

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Otto Parorongan, mengatakan dalam upaya menuju terwujudnya Eliminasi Malaria Tahun 2027, tentu membutuhkan komitmen dari semua pihak mulai dari pemerintah daerah, peran pemangku kepentingan, seluruh komponen masyarakat termasuk swasta dan badan usaha.

Lanjut Otto, yang perlu terus diupayakan adalah meningkatkan kualitas hidup untuk membebaskan masyarakat dari malaria, karena malaria merupakan salah satu penyakit menular yang berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia, dapat menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional.

“Saat ini, Kasus Malaria dengan Annual Paracite Incidence (API) terbesar posisi pertama berada di Kabupaten Manokwari Selatan  (MANSEL) sebesar 29 per 1000 penduduk,  urutan kedua Kabupaten Manokwari sebesar 26 per 1000 penduduk dan urutan ketiga Kabupaten Teluk Wondama sebesar 14 per 1000 penduduk, untuk itu diharapkan semua pihak agar saling bersinergi dalam pengendalian vektor,” tutur Otto.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit menular adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular penyakit), dalam memutuskan rantai penularan penyakit, dengan pengendalian vector, yaitu mengetahui tempat perkembangbiakan, tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan manusia.

“Diharapkan adanya kerjasama dari berbagai sektor terkait, agar peran serta semua pihak maupun masyarakat dalam upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan dengan baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit di masyarakat khususnya di Papua Barat,” ujar Otto.

Sementara itu Ketua Panitia Edi Sunandar memaparkan saat ini Malaria merupakan penyakit masalah di dunia, berdasarkan laporan WHO, Area Asia Selatan -Timur (SEAR) menanggung beban tertinggi kedua.

“Secara global dalam hal morbiditas dan mortalitas, 56 persen dari beban parasit Malaria plasmodium, vivax secara global 1,6 miliar orang yang menetap di daerah yang beresiko Malaria area Asia Selatan – Timur, hampir setengah dari populasi area tersebut berresiko,” ungkap Edi.

“Yang perlu diketahui, malaria merupakan penyakit endemik di sembilan dari 11 negara di wilayah Asia Selatan – Timur, sedangkan India dan Indonesia merupakan penyumbang 68 persen dan 21 persen dari kasus yang dilaporkan,” sambung Edi.

Di Indonesia Tahun 2018, terdapat 141.983 kasus malaria, dan 87 persen terdapat di wilayah Papua dan Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Untuk wilayah Bumi Kasuari tahun 2018 sebanyak 7352 Kasus Malaria, dengan API sebesar 7,5 per 1000 penduduk, jumlah kasus diatas jauh menurun 11 kali, dibandingkan dengan Kasus Malaria di Tahun 2009, yaitu 50.766 kasus dengan API sebesar 85,1 per 1000 penduduk,” terang Edi.

“Agar pencapai target Eliminasi Nyamuk dapat terwujud, diharapkan percepatan tata laksana dapat ditingkatkan. Hal ini sangat dibutuhkan karena tatalaksana yang baik dapat mengurangi angka kematian yang disebabkan Malaria,” tandas Edi.

Kegiatan ini diikuti oleh 97peserta, dari Dokter spesialis, maupun dokter umum, yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik Swasta se-Provinsi Papua Barat, termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Papua Barat. (el)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Hati-hati salin tanpa izin kena UU no.28 Tentang Hak Cipta