Ekonomi & BisnisHeadlineKab ManokwariKab Manokwari Selatan

Sepenggal Cerita Mama Mariana Indou Bawa Ubi Dari Masabui Ke Pasar Wosi, Sering Pulang Berbekal Segenggam Harapan

MANOKWARI,JAGATPAPUA.com— Kebutuhan Hidup terkadang menuntut kita harus tetap kuat untuk terus bekerja. Seperti yang dilakukan oleh Mama Mariana Indou wanita asal suku Arfak Papua Barat.

Mama Mariana Indou yang tinggal di Kampung Masabui, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan kini telah menginjak usia sekitar 70an tahun.

Tetapi dia memiliki semangat yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan keluarga juga bisa disebut sebagai salah satu subjek yang menggerakkan ekonomi daerah.

Dia sangat tangguh, karena tak hanya menjual, tapi semua proses perkebunan itu dilakukannya secara mandiri. Mulai dari membuat kebun, merawat hingga hasil kebunnya dibawa ke Pasar untuk dijual.

Meskipun sering menghadapi tantangan seperti Biaya transportasi yang sangat tinggi, bahkan sering sepinya pembeli ditengah situasi ekonomi yang cukup sulit saat ini, tapi semangatnya selalu berkobar seperti api yang tak pernah padam.

Mama Mariana yang ditemui jagatpapua.com di Pasar Wosi Manokwari, Selasa (10/9/2025), mengatakan lebih memilih membawa hasil kebunnya ke Pasar Wosi karena lebih ramai pembeli dibanding Pasar di Ransiki.

Dia menceritakan waktu perjalanan dari Kampung Masabui Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan ke Pasar Wosi Manokwari ditempuh kurang lebih 2 jam menggunakan angkutan umum.

“Dari Masabui ke Pasar Wosi itu perjalanan kami biasanya malam, kita sampai di Pasar Wosi sekitar jam 8 malam kadang juga jam 9, ikut mobil. Saya biasa dengan anak perempuan dan cucu saya,”kata Mama Mariana.

Mariana mengatakan, setelah sampai dipasar Wosi, biasanya mereka langsung tidur, untuk persiapan menjual hasil kebun di keesokan harinya.

“Jadi kita tidur didalam Pasar, tidak tidur d rumah keluarga. Kita tidur disini (pasar), bangun pagi langsung jualan,”tuturnya.

Ia mengaku yang menjadi persoalan utama adalah, biaya transportasi yang cukup mahal, meski tergantung banyaknya barang jualan yang dibawa.

” Kalau banyak itu biasanya ongkos mobilnya juga mahal Pergi pulang (PP) itu bisa 400 sampai 500 ribu. Tapi kalau jualan sedikit biasanya 100 ribu. Memang ongkos yang mahal ini kalau kita bandingkan dengan hasil jualan tentu kadang tidak cukup, tergantung ramainya pembeli, “ungkap Mariana.

“Sering juga kita pulang hanya bawa ongkos mobil dan harapan dikasih berkat oleh Tuhan untuk hari esoknya. Karena kelebihan uang dari hasil jualan itu biasanya langsung kita pakai beli kebutuhan makan, beli beras, minyak goreng dan bumbu-bumbu,”sambungnya.

Kondisi kesehatannya yang sering sakit-sakitan, Mama Mariana berharap pemerintah daerah dalam Hal ini Bupati bisa membantunya untuk biaya pengobatan.

“Kalau harap uang jualan tidak cukup untuk saya berobat. Jadi saya minta uang di bapa Bupati, untuk bantu saya berobat,” harap Mariana.(jp/ctr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Hati-hati salin tanpa izin kena UU no.28 Tentang Hak Cipta