MANOKWARI,JAGATPAPUA.com-Pihak akademisi Unipa Agus Sumule menilai jika penyebaran Covid-19 di Wilayah Papua Barat ini terus terjadi dalam waktu yang lama maka akan berdampak buruk terhadap ketersediaan pangan bagi masyarakat di Papua Barat.
“Secara teori perekonomian Papua barat khususnya pangan memang terancam, beberapa waktu lalu Bapak Presiden menyampaikan bahwa kemungkinan kita akan sulit mengimpor pangan, apalagi Indonesia sampai hari ini Masi mengimpor pangan dari luar, termasuk beras yang diimpor dari Thailand, Vietnam, dan Pakistan,”kata Agus Sumule Senin (6/7/2020) kepada Awak Media di Manokwari.
Sementara, daerah tersebut juga ditimpa Wabah Covid-19 yang sama dengan Negara lainnya teramasuk Indonesia. Sehingga dalam beberapa pertemuan-pertemuan selalu kami sampaikan kepada pemerintah daerah agar untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut maka harus ada upaya yang dilakukan.
Sumule meminta kepada pihak-pihak terkait seperti Dolog Manokwari maupun sorong. Pihak Dolog harus menyampaikan informasi ketersediaan pangan ini secara pasti dan jelas kepada pemerintah juga Masyarakat apakah mampuh mencukupi kebutuhan masyarakat PB hingga akhir tahun ini atau tidak.
Dan jika dinyatakan tidak mencukupi maka langkah-langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi persoalan tersebut. Karena tidak ada tanaman yang siap dipanen setelah satu hari ditanam, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Kan yang kita tanam hari ini dan besok tidak bisa langsung di panen. itulah sebabnya kita mendorong agar ada upaya dari pihak Dolog untuk menjelaskan terkait persediaan pangan khususnya beras,”harap Sumule
Yang harus dipahami berdasarkan perhitungan akademisi UNIPA, ketika krisis pangan terjadi maka hanya 25 persen masyarakat PB yang bertahan, sedangkan 75 persennya tidak mampu bertahan karena hanya mengandalkan makanan Impor.
“Ini menurut perhitungan kami dari unipa dan apabila terjadi masalah dengan ketahanan pangan maka kemungkinan masyarakat yang bisa bertahan sendiri karena mempunyai kebun yaitu sekitar 25% sedangkan 75% tidak mampu bertahan hidup karena hanya mengandalkan makanan impor atau makanan dari luar,”tandasnya
Itulah sebabnya kata Sumule, pemerintah dan masyrakat sejak awal harus mengantisipasi dengan memanfaatkan potensi makanan di Papua barat. Seperti lahan sagu di Sorong Selatan seluas 500 ribu hektar. Kemudian lahan padi diuupayakan bisa tertanam semuanya. Khusus di Oransbari namun hanya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar 10,2% dari total dan itu sangat sedikit.
“Karena itu jangan kita berbicara tentang produksi karena sangat terlambat. Sehingga kita harus tanya karena kita bisa hitung konsumsinya berapa dan juga kepada penyuplai atau penyedia beras ini,”tutup Sumule.(alb)