Menteri ESDM RI Resmikan PLTMH 150 kW Dan Groundbreaking PLTMH Tahap II 500 kW Di Pegunungan Arfak

ANGGI,JAGATPAPUA.com–Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Bahlil Lahadalia meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas 1 x 150 kiloWatt (kW)dan pelatakan batu Pertama Groundbreaking pembangunan PLTMH tahap II, 2 x 250 kW di Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat.
Peresmian Proyek Strategis ketenagalistrikan tersebut dilakukan Menteri ESDM RI secara daring, bersamaan dengan peresmian Program Bantuan Pemasangan Baru Listrik (BPBL) di Minahasa, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Wairara dengan kapasitas terpasang 1 x 128 kilowatt (kW) di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, secara terpusat di Desa Wolaang, Kec. Langowan Timur, Kab. Minahasa, Sulawesi Utara, pada Rabu (29/10/2025).
Hadir sebagai perwakilan Kementerian ESDM di Distrik Anggi, Kabupaten Arfak, Provinsi Papua Barat untuk PLTMH Anggi adalah Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi. Turut hadir juga Anggota Komisi XII Dapil Papua Barat, Caroline Makaleuw, Bupati dan Wakil Bupati Pegaf, Anggota DPRK Pegaf, ex Bupati Pegaf 2 Perode Yosias Saroy serta forkopimda Pegaf.
Program Pembangunan PLTMH Anggi Tahap I dan II, di Distrik Anggi, Kabupaten Arfak, Provinsi Papua Barat merupakan langkah strategis dari Kementerian ESDM untuk mewujudkan Kabupaten Pegunungan Arfak sebagai satu-satunya Kabupaten di Indonesia yang 100% energi listriknya disupplai oleh pembangkit EBT.

Selama beberapa tahun sebelumnya, masyarakat di Pegunungan Arfak menggunakan listrik PLN yang bersumber dari PLTD, sehingga supply energi listrik sangat bergantung terhadap ketersediaan solar dengan biaya pengangkutan yang lebih besar.
PLTMH Anggi Tahap I pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Enggimun dengan kapasitas 1×150 kW yang beroperasi sejak Maret 2023 sebagai bagian dari Program Dedieselisasi. Saat ini sedang dilakukan groundbreaking PLTMH Anggi Tahap II sebagai kelanjutan program dedieselisasi di wilayah Kabupaten Pegunungan Arfak.
Dengan beroperasinya Penambahan Kapasitas PLTMH Anggi kapasitas 2 x 250 kW nanti tambah Bahlil, diharapkan dapat mengurangi pemakaian BBM PLTD di sistem kelistrikan isolated di sekitar sistem Pegunungan Arfak yang rencana akan di integrasikan dengan sistem Pegunungan Arfak yaitu Sistem Sururey, Demaisi, Taige, Catubouw, Menyambouw, Hink dan Anggi Gida.
Berdasarkan informasi PLN UP3 Manokwari, jaringan Sururei dan Demaisi sudah grid/terintegrasi dan menyusul untuk jaringan 5 distrik lainnya. Total panjang jaringan untuk proyek integrasi system kelistrikan ini mencapai 37 kms.
Dan sesuai perhitungan PLN, terdapat potensi penghematan pemakaian BBM sebesar 6,7 milyar Rupiah/tahun. Sehingga sejak beroperasi pada Maret 2023 hingga saat ini (2,5 thn), total penghematan biaya penyediaan BBM PLTD mencapai 17 milyar Rupiah.

PLTMH Anggi saat ini dikelola melalui mekanisme Serah Terima Operasi antara Pemda Pegunungan Arfak dengan PLN UIW Papua dan Papua Barat. Model pengelolaan seperti ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian energi dan pengelolaan keberlanjutan terhadap infrastruktur yang telah dibangun.
Selain Pegaf, Bahlil juga meresmikan Program BPBL di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Ia menyebut dengan realisasi sambungan listrik bagi 1.000 rumah tangga (RT) pada 2023, 550 rumah tangga pada 2024, dan target 2.700 rumah tangga pada 2025.
Khusus di Kabupaten Minahasa, program BPBL pada tahun 2023–2024 telah dirasakan oleh 20 rumah tangga. Sementara itu, pada tahun 2025 ini direncanakan sebanyak 112 rumah tangga akan menerima manfaat program tersebut. Secara nasional, realisasi program BPBL pada tahun 2024 sebesar 155.429 rumah tangga dan periode Januari-September 2025 sebanyak 135.482 RT telah terpasang dari target 215.000 RT sampai akhir 2025.
Selanjutnya, kehadiran PLTMH Wairara di Desa Wairara, Kecamatan Mahu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi contoh pemanfaatan energi air skala kecil yang ramah lingkungan dan sesuai dengan karakteristik daerah. Selama bertahun-tahun, masyarakat di desa ini menghadapi keterbatasan dalam mengakses energi listrik dan infrastruktur dasar lainnya.
Melalui kehadiran PLTMH Wairara, diharapkan dapat mendukung aktivitas masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi produktif di masyarakat, seperti pengolahan hasil pertanian, UMKM, dan kegiatan sosial.

PLTMH Wairara kapasitas 1×128 kW telah beroperasi melayani akses kelistrikan masyarakat di Desa Wairara per bulan November 2022. PLTMH Wairara saat ini beroperasi melayani 105 sambungan pelanggan termasuk di dalamnya fasilitas kesehatan (Puskesmas Mahu), fasilitas pendidikan (SD dan SMP Wairara), fasilitas sosial (Gereja), serta gedung-gedung pemerintahan, Kantor Camat, Kantor Desa,
PLTMH Wairara saat ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wairara, dengan sistem pengelolaan partisipatif yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam operasional dan pemeliharaan.
Sebelum hadirnya PLTMH, masyarakat di Wairara hanya mengandalkan genset berbahan bakar solar dengan biaya operasional yang sangat tinggi, sekitar 0,35–0,4 liter solar per kWh.
Kini, dengan beroperasinya PLTMH Wairara, biaya listrik efektif bagi masyarakat turun menjadi sekitar 3–6 sen USD per kWh. Hal ini menunjukkan adanya penghematan biaya energi masyarakat hingga lebih dari 85%, sekaligus pengurangan konsumsi solar sekitar 62.000 liter per tahun atau senilai Rp1,24 miliar per tahun.
PLTMH Wairara memberikan akses energi bersih, mendorong kegiatan ekonomi lokal dan usaha produktif seperti pengembangan tenun ikat khas Sumba Timur, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan kemandirian energi bagi desa. Kehadiran PLTMH ini menjadikan Wairara desa pertama di kawasan tersebut yang benar-benar ”merdeka dari kegelapan”.
Hingga Semester I tahun 2025, Rasio Elektrifikasi (RE) nasional mencapai 99,83 persen. Di Provinsi Sulawesi Utara, RE hingga akhir Semester I tahun 2025 telah mencapai 99,40 persen. Adapun Provinsi Papua Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masing-masing mencatat rasio elektrifikasi sebesar 89,80 persen.(jp/ctr).

















