MANOKWARI, JAGATPAPUA.com- Penyakit infeksi saluran pernafasan atas akut tidak spesifik atau ISPA, merupakan paling menonjol hingga April 2019. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit TNI Angkatan Laut dr. Azhar Zahir, ISPA paling banyak diderita masyarakat, disusul Dispepsia.
“Untuk kasus ISPA ada 185 dan Dispepsia 124 kasus. ISPA disebabkan oleh virus, yang mengganggu proses pernafasan,” ungkap Kepala Rumah Sakit TNI Angkatan Laut dr. Azhar Zahir, Manokwari, Mayor Laut, dr. Birril Qudsi, Sp.B.
Birril, menjelaskan penyakit ISPA, bila tidak segera ditangani, infeksinya dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan dan menyebabkan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen dan kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan sampai berujung pada kematian.
“Kalau untuk Dispepsia, adalah penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup seseorang yang tidak sehat. Penyakit ini bisa dikaitkan dengan infeksi, kondisi pencernaan atau kelebihan asam lambung,” tukas Birril.
Birril menyebut, Dispepsia umumnya merupakan kumpulan gejala yang muncul dan dapat menimbulkan ketidaknyaman pada perut bagian atas atau dada.
“Dispepsia biasanya disebabkan asam lambung, memecah mukosa sehingga menyebabkan iritasi dan pembengkakan. Ini memicu rasa tidak nyaman pada sistem pencernaan,” tukas Birril.
Penyakit Malaria Menurun
Ditanya soal penyakit Malaria, Birril, mengaku penderitannya menurun dari tahun sebelumnya. “Angka Kasus malaria menurun. Ini artinya program pemerintah dalam upaya membasmi penyakit ini berjalan cukup baik,” ungkap Birril.
Lanjut Birril, penyakit Malaria, biasanya disebabkan oleh parasit Plasmodium. “Sebetulnya ada banyak jenis parasit Plasmodium, tapi hanya lima jenis yang menyebabkan malaria pada manusia,” terang Birril.
“Parasit Plasmodium hanya disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Dua jenis parasit yang umum di Indonesia termasuk wilayah Papua adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax,” sambung Birril.
Biril menuturkan, gigitan nyamuk malaria lebih sering terjadi pada malam hari. Setelah terjadinya gigitan, parasit akan masuk ke dalam aliran darah.
Selain itu, penyebaran penyakit malaria juga bisa terjadi melalui transfusi darah atau melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian.
“Meski kasus ini jarang sekali terjadi, kita tetap harus berhati-hati. Untuk mencegah terinfeksi malaria, maka harus dimulai dari lingkungan hidup yang bersih,” ucap Birril.
“Dan tambahan saja, biasanya pasien malaria dan Dispepsia di rawat inap. Sedangkan ISPA rawat jalan,” tutup Birril.(me)