MANOKWARI, JAGATPAPUA.com – Gubernur Papua Barat, Drs. Dominggus Mandacan, melepas ekspor 20 ton rumput, ke Inggris, di tengah Pandemi global Covid-19.
Rumput laut ini merupakan hasil produksi budidaya petani asli Papua di tiga distrik di Kabupaten Teluk Wondama, yakni Distrik Roon (Kampung Yende, Mena dan Niap), Distrik Rumberpoon (Kampung Yembekiri, Nusorowi, dan Isenebuai) dan Distrik Yoswar (Kampung Yomber).
“Pengiriman 20 Ton Rumput Laut ini merupakan bagian dari program pertumbuhan ekonomi hijau Papua dan Papua Barat atau Green Economic Growth Programme For Papua Provinsi” kata Gubernur Dominggus Mandacan, Selasa (27/10/2020).
Selain itu, Gubernur juga mengaresiasi pengiriman 20 ton rumput laut sebagai bentuk komitmen pemerintah mendukung penerapan Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.
“Pengapalan 20 ton rumput laut ke Inggris merupakan komitmen pemerintah, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi hijau sesuai penetapan Papua Barat sebagai provinsi konservasi,” ujar Gubernur.
Gubernur juga meminta, perlu disusun rencana pengembangan teknis lebih menyeluruh di instansi teknis baik di kabupaten maupun provinsi, sehingga pengembangan potensi rumput laut menjadi lebih maksimal dan berdaya saing.
“Harus ada penyusunan kerja yang baik oleh dinas terkait, sehingga pengelolaannya lebih maksimal bagi petani asli Papua,” ucap Gubernur.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Papua Barat, Charlie Heatubun mengatakan pengiriman 20 ton rumput laut ini berkat kerjasama pemerintah Indonesia melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI, dengan pemerintah Inggris melalui Unit Perubahan Iklim Inggris (UK Climate Change Unit-UKCCU), selama durasi 5 tahun sejak 1 Oktober 2017 hingga September 2022.
“Pengembangan rumput laut ini menjadi salah satu contoh kerjasama yang baik antara seluruh pihak, khususnya masyarakat dan pemerintah baik di pusat maupun daerah,” ujarnya.
Ditambahkan, langkah kerjasama pengembangan rumput laut di Kabupaten Teluk Wondama, karena sejauh ini banyak ditemui kendala para petani asli Papua, terkait kesulitan memasarkan rumput laut tersebut.
“Potensi rumput laut di Wondama cukup melimpah, namun belum dikelola dengan baik, sehingga tengkulak atau penadah gelap mempermainkan harga jual yang justru sangat merugikan masyarakat,” tukasnya.
“Olehnya kami menginisiasi pengembangan potensi rumput laut ke dalam program pembangunan ekonomi hijau yang juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat asli Papua,” tandasnya.(sos)