BI Bincang Bareng Media, Tensi Geopolitik Rusia-Ukraina Picu Kenaikan Harga Minyak Goreng

MANOKWARI,JAGATPAPUA.com– Bank Indonesia (BI) Perwakilan Papua Barat, menggelar Bincang Bareng Media, dengan menghadirkan 5 Narasumber.
Bincang Bareng Media tersebut menghadirkan puluhan perwakilan wartawan asal media Manokwari, pada Jumat (8/4/2022) di Mansinam Beach Hotel, Manokwari.
Sebagai Narasumber, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat Ruth Eka Trisilowati, Perwailan Kepala Bank Papua KCU Manokwari Feri Wabia, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat Lazarus Ullo, Kepala Bulog Sub Divre Manokwari Firman Mando, Perwakilan Distributor CV.Makmur Perkasa Febri.
Materi yang dipresentasikan para narasumber adalah terkait dengan update Stok Bahan pangan oleh Bulog Manokwari, menjaga stabilitas dan memperkuat ekonomi nasional oleh Kepala BI.
Menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) menjelang hari besar keagamaan Nasional di Papua Barat oleh BPD KCU Manokwari, Upaya dinas ketahanan pangan Papua barat terhadap stabilitas pangan oleh Kepala Dinas, serta update stok Bahan Pokok berupa minyak goreng, beras dan stok Gula pasir oleh distributor CV Makmur Perkasa.
Eka Trisilowati menjelaskan, dampak tensi geopolitik terhadap imported inflation dan risiko inflasi volatile food, pasokan minyak goreng yang terganggu sehingga mendorong kenaikan harga.
Rusia sebagai produsen minyak global terbesar kedua, rata-rata harga minyak brend qtd hingga 14 maret mencapai USD 96,4 per barel seiring meningkatnya tensi geopolitik, Rusia-Ukraina.
Sementara akselerasi kenaikan harga komoditas pangan dan non pangan berpotensi ditransmisikan ke harga domestik, harga gandum, minyak, emas mendorong kenaikan harga produk turunan, di domestik seiring tingginya porsi impor dan bobotnya dalam IHK.
Risiko tekanan harga dapat terakselerasi jika pasokan terdisrupsi pantauan pasokan pangan cukup terjaga meski untuk komoditas tertentu di beberapa wilayah diindonesia terjadi keterbatasan pasokan minyak goreng.
Sementara khusus untuk Perekonomian Papua Barat pada triwulan IV 2021 tercatat tumbuh sebesar 1,03% (yoy) atau 5,16% (qtq). Secara keseluruhan tahun Papua Barat selama tahun 2021 membaik, meskipun masih terkontraksi sebesar -0,51 (ctc) dibanding tahun 2022 yang tercatat sebesar -0,77% (ctc).
Pertumbuhan ekonomi Papua Barat tahun 2022 diproyeksikan berada pada kisaran 1,00%-2,00% (ctc) akibat peningkatan kinerja LNG serta pemulihan ekonomi nasional dan global ditengah tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.
Selain itu, pertumbuhan inflasi Papua barat disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, rokok, dan bahan bakar RT, menjelang HBKN Idul Fitri 1443 H pada triwulan II 2022. TPID Papua barat akan berkoordinasi secara intensif dalam mengendalikan inflasi melalui 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif.(jp/alb)