Ditulis oleh: Alberki Rumbiak
“Niat tulus Papua Feature Project berhasil memberikan ilmu kepada anak-anak Papua di pulau Mansinam dari tidak tahu membaca menjadi tahu membaca“
Pulau Mansinam adalah pulau yang menjadi pariwisata religi bagi semua umat kristiani di tanah Papua bahkan dunia. Pulau yang merupakan bagian dari wilayah Papua Barat ini letaknya sekitar 6 Kilometer dari daratan kota Manokwari.
Untuk sampai ke pulau Peradaban orang Papua tersebut hanya membutuhkan waktu sekira 10 hingga 15 menit dengan menggunakan kapal mesin.
Pulau Mansinam tercatat banyak sejarah peran penginjil asal Jerman Carl Wilhelm Ottow Dan Johann Gattlob Geissler sebagai misionaris pembawa terang kehidupan bagi masyarakat Papua tepat pada tanggal 5 Februari 1855 silam.
Bukti-bukti sejarah peradaban itu kemudian telah dibangun oleh pemerintah daerah Manokwari dan provinsi Papua barat seperti Tugu Yesus Kristus setinggi 30 meter, Monumen tugu pendaratan Injil, Gedung Gereja Katolik serta Sumur tua yang dipercaya memberikan kehidupan bagi masyarakat Tanah Papua Bahkan Dunia.
Tentu sejarah peradaban ini harus tetap dijaga dan dilestarikan secara turun temurun terutama masyarakat Manokwari. Untuk itu Pendidikan bagi para Generasi penerus di Pulau Mansinam dianggap sangat penting untuk terus ditingkatkan.
Berangkat dari itu, Papua Feature Project sebagai lembaga masa depan Papua, menaruh perhatian serius terhadap anak-anak didik di Pulau Mansinam yang terdata masih banyak yang belum bisa membaca.
Tiga tahun Papua Feature Project menjalankan progres mengajar anak-anak Sekolah Paud, SD dan SMP terhitung mulai tahun 2021 hingga 2023. Pantang mundur meski terhalang berbagai polemik dan problematika selama ini.
Apalagi pada tahun 2021-2022 tantangan terbesar yang dihadapi adalah krisis pandemi Covid-19 yang menggerogoti dunia tanpa henti termasuk pendidikan.
Sebagai solusi agar semua proses pendidikan tetap eksis, pemerintah mengeluarkan kebijakan pshycal distancing atau pembatasan fisik sehingga proses belajar mengajar harus dilakukan secara daring.
Namun di Pulau Mansinam Kebijakan itu pun tidak menjadi solusi bagi anak anak sekolah setempat untuk bisa memperoleh pendidikan yang layak, karena Jaringan internet yang terbatas juga para guru yang sebagian besar tidak mengajar tanpa alasan yang jelas bahkan sekitar 4 Guru yang aktif sering terlambat karena tidak ada perahu khusus untuk dipakai ke Pulau Mansinam.
Para guru yang aktif tersebut harus menumpang transportasi umum. Sehingga harus menunggu, Kapal mesin akan berangkat ke pulau mansinam setelah penumpang perahu mesin itu full.
Pendiri Papua Feature Project Bhrisco Jordy Dudi Padatu mengakui dampak pandemi covid-19 yang semakin memperburuk proses belajar mengajar di SD dan SMP Pulau Mansinam.
Sebelum pandemi covid-19 Anak-anak mengikuti proses belajar mengajar mulai pukul 09.00 wit sampai pukul 13.00 WIT karena menyesuaikan waktu para Guru sampai di Pulau dari Kota Manokwari.
Situasi tersebut sangat memprihatinkan sehingga menjadi motivasi bagi Papua feature project untuk mengulurkan tangan membantu para generasi penerus pembangunan di tanah Papua itu.
“Karena pintar dan cerdas akan jadi pedoman untuk mendukung pembangunan pusat religi umat kristiani di pulau mansinam, kedepan Pulau Mansinam akan menjadi pusat wisata religi dunia ,”ucap penggagas Papua Feature Project ini.
Ia menceritakan, mengetahui persoalan pendidikan di pulau mansinam saat itu Papua feature project hanya sekedar berlibur. Dan komunikasi pun terbangun antara team Papua feature dengan masyarakat bahkan anak-anak setempat.
Masyarakat yang hidup dikelilingi hamparan pasir putih pantai dan keindahan alam ini menceritakan persoalan yang dihadapi selama hidup di pulau tersebut terutama Pendidikan.
Papua feature Project selanjutnya mendatangi Kepala Sekolah untuk berdiskusi tentang kendala. Satu hal yang disampaikan kepala sekolah saat itu adalah semua aktivitas tidak dapat dilakukan secara maksimal karena pandemi covid-19. Termasuk proses belajar mengajar di Sekolah. Bahkan masih minimnya tenaga guru.
Dan masih banyak guru-guru disini (Pulau Mansinam) yang belum paham soal konsep mengajar dengan kurikulum ‘merdeka’ sehingga para guru mengajar sesuai dengan pengalaman mereka tidak sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang.
Selain itu, Perpustakaan sekolah juga minim buku-buku literasi, kebanyakan buku-buku paket, buku bacaan juga diakui memang sangat minim.
Bhrisco menyebutkan bahwa selain membantu memberikan pendidikan kepada anak-anak didik itu, Papua feature project juga mendirikan pojok membaca.
Pojok membaca ini tidak hanya di pulau Mansinam tetapi sudah di dirikan sejumlah kampung dan sekolah lain yang belum memiliki akses fasilitas literasi.
Buku yang diperoleh langsung didistribusikan ke pusat pendidikan di Pulau Mansinam juga di wilayah lainnya di Papua dan Papua Barat untuk membantu para siswa memperdalam pengetahuannya.
Sistem belajar mengajar yang dilakukan selalu diklopkan dengan kurikulum khusus atau yang disebut dengan kurikulum kontekstual.
Mengintegrasikan ke dalam sistem pembelajaran yang dilakukan Papua feature project. Kami tidak memaksakan anak-anak ini untuk harus mengikuti standar yang diberikan pemerintah pusat. Tetapi fokus pada permasalahan daerah yang menjadi sasaran progres.
Di pulau yang indah dan penuh sejarah ini Papua feature project tak hanya menjangkau para siswa tetapi juga masyarakat khususnya yang belum lancar membaca dengan maksud agar para orang tua tersebut kemudian mampu membimbing anak-anak saat di rumah.
Ada sekitar 50 siswa yang berada di bangku kelas 1 sampai 6 SD yang ditemukan belum bisa membaca, juga puluhan siswa SMP. Yang diperkirakan bisa mendekati ratusan siswa.
Dalam mengajar team selalu memisahkan antara siswa yang sudah bisa membaca dan yang belum.
Rencana khusus Pembelajaran (RKP) ini setiap Minggu diterapkan dengan tema alam dan lingkungan karena sekaligus kita memperingati Ozon Dunia.
Niat tulus dan kerja keras team Papua feature project ini kemudian membuka tirai gelap para siswa menjadi lebih terang. Semua siswa yang dididik itu pun akhirnya tahu membaca.
Ia berharap adanya dukungan dari mitra juga pemerintah daerah baik Manokwari maupun provinsi Papua barat dalam memperhatikan dan mendorong peningkatan pendidikan di Pulau Mansinam.
Baik ketersediaan tenaga guru berkompeten, fasilitas pendidikan dan kebutuhan pendidikan lainnya yang merupakan pendukung proses belajar mengajar di SD maupun SMP di Pulau Mansinam.
Sebab Pulau Wisata religi ini kedepan membutuhkan Sumber daya Manusia yang cerdas dan handal untuk mengelola ekonomi wisata dan pembangunan secara berkesinambungan.
Apalagi Pulau Peradaban Papua ini berada di jantung Kota Manokwari sebagai Ibu Kota Provinsi Papua Barat yang merupakan pintu masuk wisatawan baik dari tanah air maupun manca negara.(jp/alb)