RANSIKI, JAGATPAPUA.com — 13 Mahasiswa dari Goetingen University Germany bakal menjajal hutan hujan tropis di Manokwari Selatan (Mansel) sepekan kedepan.
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Papua Dr Bambang Nugroho yang turut mendampingi para mahasiswa asal Jerman tersebut menuturkan, kedatangan mahasiswa dari Goetingen University Germany ini, merupakan bentuk kerjasama dengan Pemda Mansel, UNIPA serta Goetingen University dalam rangka bertukar ilmu pengetahuan tentang pengelolaan sumber daya alam.
“Kita juga akan belajar banyak dari Goetingen tentang tata kelola sumber daya alam. Mereka kesini untuk melihat hutan hujan tropis di daerah Distrik Momiwaren, tapi nanti kita lihat petunjuk bupati,” tuturnya, Kamis (27/10/2022).
Diterangkan Nugroho, para mahasiswa asal Jerman ini sudah mengunjungi sejumlah negara seperti Brazil yang juga memiliki hutan tropis.
“Nanti di situ mereka komparasikan dengan yang ada di Mansel. Kemudian nanti juga mereka akan menerbitkan rekomendasi tentang tata kelola sumber daya alam di Mansel,” ujarnya.
Lanjut Nugroho, selain manfaat untuk pengelolaan sumber daya alam, pihak UNIPA juga akan mendapatkan manfaat yang sangat baik dari kedatangan mahasiswa dari Goetingen University Germany ini.
“Untuk UNIPA itu perlu untuk meningkatkan akreditasi. Jadi syaratnya itu harus ada mahasiswa dari luar negeri yang datang belajar di sini,” ungkapnya.
Sementara itu, dosen pendamping dari Goetingen University Germany Profesor Ralph Mithlohner mengatakan, alasan dipilihnya Mansel menjadi lokasi peninjauan hutan hujan tropis, karena hutan di Mansel masih banyak yang tidak tersentuh.
“Hutan yang belum tersentuh sekarang ini sudah mulai langkah, namun di Papua ini masih banyak hutan yang belum tersentuh,” terangnya.
Dia kemudian meminta agar setiap elemen masyarakat, untuk bisa menjaga hutan, dan tidak membiarkan adanya perusahaan yang datang mengeruk hutan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
“Karena masyarakat memiliki ikatan batin dan sejarah dengan hutan, sehingga mereka sangat bisa memperhatikan hutan yang ada. Namun ketika ada perusahaan dari luar masuk, orang-orang dari perusahaan ini tidak memiliki ikatan batin dan sejarah itu. Mereka hanya datang untuk mengeruk keuntungan dari alam, dan tidak perduli dengan keberlangsungan hutan serta orang yang tidak di situ. Mereka hanya melihat uang dan lalu pergi. Jadi masyarakat yang ada harus bisa untuk perhatikan itu. Ini soal keberlangsungan kelestarian alam untuk generasi-generasi yang akan datang,” pungkasnya.(jp)